Ditulis Oleh Karunia Valeriani Japar

Penyakit ginjal kronis atau chronic kidney disease (CKD) merupakan sebuah terminology yang menggambarkan sebuah proses penurunan jumlah nefron secara drastis, ireversibel, dan terus menerus. Menurut National Kidney Foundation, 10% dari populasi dunia mengidap penyakit ginjal kronis dan telah menjadi penyebab kematian nomor 18 di dunia pada tahun 2010. Diestimasikan bahwa jumlah kasus gagal ginjal akan meningkat secara drastis di negara berkembang seperti Cina, India dan Indonesia dimana mayoritas penduduknya sudah berusia lanjut. Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) 2004 telah menunjukkan bahwa 12,5% dari penduduk Indonesia mengalami penurunan fungsi ginjal, berarti lebih dari 25 juta penduduk Indonesia mengalami penyakit ginjal kronis.

Pada pasien dengan fungsi ginjal dibawah 15% biasanya dianjurkan untuk menjalani terapi pengganti ginjal maupun transplantasi. Untuk saat ini mungkin transplantasi masih sedikit susah untuk dilakukan karena jumlah donor yang tidak terlalu banyak, tetapi hemodialisis dan Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) lebih mudah untuk dilakukan. Sebelum tahun 2014 mungkin banyak pasien penderita gagal ginjal yang sudah memerlukan terapi pengganti ginjal tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan terapi yang seharusnya ia dapatkan, biasanya masalahnya adalah masalah finansial. Namun setelah tahun 2014, dengan adanya BPJS masalah ini dapat teratasi karena BPJS akan membiayai pasien untuk melakukan terapi pengganti ginjal yang dibutuhkannya.

Lima tahun sudah BPJS berjalan dan program pemerintah ini sudah membantu banyak sekali pasien, namun mengapa masih ada pasien yang enggan melakukan terapi tersebut walaupun fungsi ginjalnya sudah sangat minimal bahkan sudah menimbulkan berbagai komplikasi? Apabila kita perhatikan lebih baik, banyak dari pasien kita sebenarnya merasa takut untuk menerima terapi tersebut hanya karena sebuah cerita yang ia dengarkan, cerita tersebut bisa datang dari keluarga, tetangga, teman, dll. Biasanya cerita yang mereka dengar adalah setelah pasien mendapatkan terapi pengganti ginjal kurang dari lima kali pasien tersebut meninggal. Mereka yakin dan percaya bahwa terapi pengganti ginjal tersebutlah yang membunuh keluarga, teman, maupun tetangga mereka. Namun mereka mungkin tidak mengatahui penyebab kematian yang sebenarnya. Mungkin saja pasien yang diceritakan memang sudah datang terlambat untuk pertolongan medis, memiliki komplikasi yang berat atau meninggal karena penyakit lain (bukan karena terapi pengganti ginjal).

Sayang sekali bukan kalau masih banyak pasien penderita gagal ginjal yang memerlukan terapi pengganti ginjal tidak mau menerima terapinya walaupun dibiayai oleh BPJS hanya karena satu cerita yang membuat ia takut. Cerita singkat ini merupakan sebuah teguran bagi petugas kesehatan dan juga masyarakat. Seharusnya kita mengetahui apa penyebab kematian pasien (baik itu keluarga maupun teman) yang sebenarnya. Karena dengan satu cerita yang salah dan disebarluaskan dengan mudah (apalagi pada saat ini berita gampang sekali tersebar melalui jejaring sosial), maka hal tersebut dapat membuat banyak pasien yang seharusnya mendapatkan terapi yang ia butuhkan menolaknya karena ia takut. Oleh karena itu, sebaiknya kita berhati-hati ketika bercerita mengenai suatu pengobatan maupun suatu macam terapi, ketahui dampak dan akibatnya. Ingat, satu cerita yang disalahartikan dapat menghilangkan nyawa banyak orang yang seharusnya dapat diselamatkan.

<< Kembali